Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Menantimu

di sudut diam ini, kunanti.... yang tak mau datang kembali. di sudut diam ini, kutunggu.... yang tak mau menyapaku.   andai kau tahu  termenung aku di sini bersama mimpi menemani dingin di hati namun, malam tak kunjung usai mimpi tetaplah mimpi membeku  bersama tetesan putih ini kuterus bersimpuh bersama samudera tak bertuan

Cerita Pendek: Diam

  DIAM             “………Tahukah engkau wahai mentari, hari ini di bawah bias hangatmu aku tersenyum hambar, menari ngawur menuruni lembah luas tak bertepi. Di atas harmoni putaran dua roda  hitam bergulir,  aku berlari kecil mengejar padang  hijau kehidupan tak bertuan nun jauh di bukit sana. Kembang senyuman sebutir kemilau embun di balik daun itu seakan menyapaku ramah dalam sebaris puisi “selamat pagi.” Aku terus berlari, kudengar jerit debu jalanan merontah entah sakit entah geli terlindas dua putaran roda hitamku. Semilir sejuk seakan tak enggan menatapku tajam, entah terkejut entah kagum akan laju sepedaku menyibak udara di hari baru ini. Ringkik pongah dua pedal di ujung ayunan tungkaiku mengontrol pergerakan rantai, berputar menggesek sepasang gerigi logam berlumuran cairan hitam. Menetes membuntutiku melukis lajur-lajur hitam mengotori aspal jalanan.             ...

CERPEN: Poster Dinding

POSTER Berderak bunyi gagang pintu kamarku karena kubuka terburu-buru. Tanpa melepas sepatu kuliah kesayanganku,  yang aromanya tak bisa berkompromi lagi, aku berlari memasuki kamarku seperti orang kebelet pipis. “Huh…….!” gumamku sambil menghempaskan diri di atas kasur. Belum, dan memang bukan saatnya untuk tidur, tapi yah bergitulah, aku merasa begitu lelah sekali hari ini. Tidak seperti biasanya. Dengan keringat yang masih membasahi hampir sekujur tubuhku, tatapanku menyapu kosong ke arah dinding putih kamarku. Terhirup sisa aroma parfum murahan yang kupakai pagi tadi, berpadu menciptakan keseimbangan yang unik dengan aroma keringat dan kaus kaki bekasku yang tergeletak begitu saja di balik daun pintu. Indera ciumku telah terbiasa dengan aroma khas yang memenuhi ruangan kecil tempat aku menghabiskan sebagian waktuku ini. Terkadang memang aku membuka jendela lebar-lebar sekadar menetralisasi udara kamar 107 ini dengan sedikit udara segar. “Ah, lupakan saja soal aroma itu.” ...