Langsung ke konten utama

Rahasia Rosario

Mawar Ketuju
(Sebuah komentar atas tulisan St. Montfort dalam “Rahasia Rosario”)

Mahkota Mawar
    Pada bagian mawar ketuju ini St. Montfort membagikan kekayaan tentang rosario dengan ilustrasi berupa cerita-cerita dari beberapa orang kudus. Cerita-cerita itu mungkin adalah cerita-cerita yang berkembang pada masa itu. Tidak mengherankan jika St. Montfort mengisahkannya dengan singkat-singkat. Diandaikan bahwa pembaca bukunya ini pada masa itu sudah mendengar atau setidaknya mengetahui cerita-cerita tentang keajaiban rosario itu. Jika kita mencermati cerita-certita ini dari sudut pandang pemikiran kita dewasa ini, kebanyakan cerita yang disampaikan bergaya “seperti mitos-mitos”. Agak  sulit diterima akal sehat atau cara berpikir kita dewasa ini. sebut saja cerita yang disamapaikan dalam Mawar Ketuju ini, misalnya tentang Beato Alan, Bruder Alfonsus Rodriques, dan Kisah Santo Fransiskus.
    Sepintas kita melihat bahwa memang kisah-kisah itu adalah kisah penampakan Bunda Maria. Sebagai kisah penampakan sangatlah wajar jika agak tidak masuk akal. Tetapi apa yang kita jumpai di sini tampaknya begitu mudah sekali Santo Montfort mengangkat cerita-cerita itu sebagai kebenaran. Hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh keyakinan/penerimaan dari umat pada waktu itu. Boleh dikatakan kisah-kisah itu adalah kisah-kisah populer pada waktu itu. Pertanyaan kita dalam pola pikir zaman sekarang: apakah cerita/penampakan itu telah diakui Gereja? Apakah telah diadakan penelitian berkaitan dengan kisah-kisah penampakan itu? Semuanya tidak dikatakan dalam tulisan St. Montfort ini.
    Apa kiranya yang mau dikatakan atau patut kita tarik makna dari fakta-fakta di atas?
Pertama-tama bahwa di sini St. Montfort hanya mau menekankan betapa penting dan dalamnya devosi rosario itu. Kedalaman itu ia buktikan lewat cerita-cerita penampakan suci yang berkembang pada masa itu. Kedua, pokok pikiran yang mau disampaikan oleh St. Montfort dalam mawar ketuju ini adalah tentang gandengan antara Rosario dan Mahkota Mawar. Ia mau menjelaskan bagaimana doa rosario itu seperti untaian mahkota mawar yang dikenakan kepada Yesus dan Bunda Maria. Bahwa gandengannya bukan hanya terletak pada arti rosario berdasarkan asal-usul katanya, tetapi bahwa kata rosario itu sendiri juga telah disetujui oleh Bunda Maria sendiri. Boleh dikatakan St. Montfort di sini mau memberi arti teologis dari kata rosario. Pendasaran yang ia gunakan yang paling relevan adalah kisah-kisah suci yang populer pada saat itu.
    Lalu, bagaimana kita harus bersikap?
Sebagai orang yang hidup pada ruang dan waktu yang berbeda dengan St. Montfort tentunya sangatlah wajar jika terbersit pertanyaan-pertanyaan spontan membaca tulisan St. Montfort ini. Tetapi tidak perlulah pertanyaan-pertanyaan itu lalu membuat kita menolak apa yang mau disampaikan St. Montfort karena tidak sesuai dengan cara berpikir kita saat ini. apa yang harus kita lakukan adalah berusaha membaca kembali pemikiran-pemikiran indah yang disamapaikan St. Montfort pada zaman yang lampau dengan cara berpikir kita saat ini. mungkin cara yang digunakan oleh St. Montfort cukup berbeda dengan cara kita tetapi kita mesti mampu menangkap pesan apa yang mau disampaikan St. Montfort melalui tulisannya. Dengan demikian mutiara indah yang menjadi kekayaan kita tidak terus tersembunyi, tetapi dapat diketahui dan membakar hati semakin banyak orang di dunia sekarang ini.

Mawar Kedelapan

Mukjizat-mukjizat Rosario
    Pada mawar kedelapan ini St. Montfort membagikan kisah-kisah atau kesaksiannya tentang berkah yang diterima jika kita setia dalam devosi rosario ini. Cara yang ia gunajan masih sama dengan mawar ketuju. Di sini ia mengangkat kisah St. Dominikus, Beato Alan, Beato Thomas dari Santo Yohanes, dan Raja Alfonsus. Cerita-cerita ini menunjukkan bagaimana mereka memperoleh cinta yang begitu besar dari Bunda Maria karena rosario suci yang mereka hidupi dan sebarkan. Bunda Maria menunjukkan mukjizat- mukjizat kepada anak-anaknya yang mencintainya. Mukjizat- mukjizat itu kebanyakan terjadi dalam pengalaman kesulitan dan bahkan dalam perjuangan melawan kecemburuan setan.
   
    Apa yang mau dikatakan dari cerita-cerita mukjizat dalam mawar kedelapan ini tentunya sama sekali tidak bertujuan untuk mengajarkan kepada kita supaya menghidupi devosi rosario suci untuk mencari upah/ mukjizat dari Bunda Maria. St. Montfor hanya mau menunjukkan kepada kita bagaimana besarnya rahmat dari devosi tersebut. Dari kisah-kisah itu kita melihat bahwa tokoh-tokoh suci tersebut tidak pernah mengharapkan pamrih dari devosi mereka. Tetapi Bunda Maria sendiri yang datang membantu mereka dalam menghadapi kesulitan mereka karena devosi suci yang telah mereka hayati dan sebarkan. Mukjizat itu terjadi saat mereka hidup maupun saat-saat menjelag ajal mereka. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kita tidak tahu kapan Bunda Maria memberi ganjaran atas kesetiaan kita menghayati devosi rosrio sucinya. Yang terpenting adalah kesetiaan kita untuk tanpa henti-hentinya mendaraskan rosario bukan demi pamrih, tetapi lebih karena cinta kita kepada Bunda Maria.

    Satu hal menarik yang patut mendapat tekanan di sini adalah asal dari segala mukjizat yang dilakukan Maria adalah karunia besar yang ia peroleh dari Putranya. Apa yang mau dikatakan di sini adalah bahwa pusat devosi rosrio itu sebenarnya berpusat dan bersumber pada Yesus sendiri. Di sini menjadi jelas bagaimana aspek Kristosentris dari ajaran St. Montfort tentang devosi rosario.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Dongeng Manggarai Timur, Mbo' Ete

MBO’ ETE             Teringat sepotong dongeng (tombo nengon) masa kecil yang sangat menarik tentang Mbo’ Ete (Nenek Ete) . Terjemahan dalam bahasa Indonesianya kira-kira seperti berikut: “Pada zaman dahulu hiduplah seorang nenek bernama Ete (Mbo’ Ete). Ia hidup sendirian dan hanya ditemani dua ekor anjing [1] kesayangannya. Pada suatu hari ia mendapat undangan dari Mbunga dan Ndilan untuk mengikuti acara ‘rebo’ anak’ mereka (pemberian nama seorang anak) yang juga merupakan cucunya. Mbunga dan Ndilan tinggal di langit. Konon, kala itu jarak antara langit dan bumi masih sangat dekat. Buktinya sampai sekarang ‘betong’ (pohon bambu) melengkungkan pucuknya ke bawah karena tidak bisa lagi bertumbuh ke atas. ‘Doong le langit’ (pertumbuhannya tertahan oleh langit). Langit dan bumi hanya dihubungkan oleh ‘wase azo’’ (sejenis pohon bertali di hutan). Sampai pada hari yang ditentukan, pergilah Mbo’ Ete ke lagit ditemani kedua ekor ...

MAWAR DAN ROSARIO

MAWAR MERAH dan ROSARIO 1.    Pengantar Dalam riwayat hidup St. Montfort kita mengetahui bahwa sejak usia kanak-kanaknya ia sangat mencintai doa rosario. Dalam salah satu kisah, diceritakan bahwa ia menjadi rasul Bunda Maria bagi saudara-saudari dan teman-teman sepermainannya. Ia sering mengajar dan mengajak mereka berdoa rosario. Seorang adiknya yang bernama Guyonne-Jeanne pernah merasa bosan berdoa rosario bersamanya, saat itulah ia berkata kepada adiknya: “Kalau kamu berdoa rosario kamu akan menjadi cantik sekali.” Dari kisah ini kita dapat melihat dengan jelas keintiman relasi Montfort dengan Rosario. Dalam buku Rahasia Rosario St. Montfort mengulas banyak hal tentang Rosario. Dalam penjelasan-penjelasan yang disampaikan Montfort, ia menjelaskan Rosario dengan analogi bunga mawar. Tulisan kecil ini mencoba mendalami bagaimana penjelasan St. Montfort dalam judul Mawar Merah. Kita akan mulai dengan melihat sesuatu di luar teks tentang bunga mawar dalam sejarah. L...

Makna ikon dalam Gereja Katolik

KEAGUNGAN TUHAN DALAM IKON Pengantar             Manusia adalah makhluk berbudaya. Manusia mengekspresikan dirinya melalui kebudayaan yang ia miliki. Demikian pula halnya dalam pengungkapan imannya. Manusia mengungkapkan imannya juga dalam kebudayaannya. Iman pertama-tama memang berkaitan dengan hubungan antara manusia dan Tuhan. Tetapi manusia hidup bersama orang lain di tengah masyarakat. Hidup sosialnya turut menentukan hidup imannya. “Allah menyelamatkan orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya”(LG 9). [1] Boleh dikatakan bahwa manusia menjawab wahyu Tuhan dengan sosialitasnya, dengan kebudayaannya, dan dengan kemampuannya. Salah satu produk kebudayaan manusia adalah seni. Manusia mengekspresikan imannya melalui kesenian yang diciptakannya. Gereja katolik tidak bisa terpisahkan dari seni. Hal itu tampak dalam bangunan (seni lukis, seni pahat, dan seni ukirnya), lagu-lagu atau musik ger...